Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Joke Ala Sumut

Sumatera Utara, Ibukotanya medan kan, semuanya dah tahu kalee, Medan itu hampir sama dengan Jakarta, Ibu Kota RI, semua suku ada di Medan, Suku India, Manado, Padang, Maluku, Jawa, Padang, Batak, Melayu, komplit, begitu juga Agama. Dan jumlah Suku-suku yang di sebutkan diatas, bukan dengan jumlah sedikit, mereka amatlah sangat banyak.

Begitu Juga dengan kebiasaan sehari-hari, walaupun sudah jauh dari kampung halaman, tapi tradisi daerah masing-masing masih di bawa, Mencintai peninggalan leluhur.

Berikut ini, canda ala masyarakat Sumatera.

Tanggal tujuah baleh Agustus 2002, diadokan upacaro bandero di Kampuang Nareh Pariaman. Kapala Kampuang kabatulan pai dipanggil Camat, lalu inspektur upacaro diganti samo Pak Datuak ( ketua adat ). Singkek carito,mako tibolah saat pembacaan PANCASILO. Tanpa raso gugup Pak Datuak narimo teks pancasilo dari ajudannyo lalu dengan lantang pak datuak baco:

PANCASILO
  • Ciek…!! BINTANG BASAGI LIMO…….. ( gambar bintang )
  • Duo…!! RANTAI PANGIKEK JAWI ( SAPI )…….(rantai pengikat sapi, yakni gambar rantai )
  • Tigo…!! POHON TAMPEK BATADUAH …… (pohon tempat berteduh = gambar pohon beringin)
  • Ampek…!! SANTAPAN DIHARI RAYO …… (hidangan lezat dihari-raya=kepala banteng)
  • Limo…!! MAKANAN JO PAMBALUIK LUKO …..( makanan dan pembalut luka alias gambar padi dan kapas )…

Mako tabalalaklah para pasarto upacaro sambil binguang. Tabukaklah rahasio pak datuak, ternyato pak datuak hanya baco gambar sajo, pak datuak rupanyo indak biso baco.. he he he…. lucu kan?..

Nah yang kedua bukan tentang cerita, tapi beberapa judul film Hollywood yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa padang, biarpun saya ngga ngerti bahasa padang tapi ngga tau kenapa justru yang satu ini yang paling lucu,, silakan dibaca..

Judul Film Versi Padang

Enemy at the Gates — Lah tibo lawan di pintu…
Batman Forever — Kalalauang
Remember the Titans — Lai Takana jo si Titan
The Italian Job — Karajo maliang
Die Hard — Payah matinyo
Die Hard II — Alun Juo Mati Lai…?
Die Hard III With A Vengeance — Ondeh Mandeh.. ndak juo mati mati doh…?
Bad Boys — Anak Kalera
Sleepless in Seattle — Mangantuak..
Lost in Space — Ilang di awang awang
Brokeback Mountain — Gunuang patah tulang
lCheaper by Dozens — Bali salusin tambah murah..
You’ve got Mail — Ado surek tuh ha…
Paycheck — Pitih Gaji
Independence Day — Hari Rayo
The Day After Tomorrow — Saisuak
Die Another Day — Ndak kini matinyo..?
There is Something About Marry — Manga si Merry yo..?
Silence of the Lamb — Kambiang pangambok
All The Pretty Horses — Kudonyo rancak-rancak
Planet of the Apes — Planet Siamang
Gone in Sixty Seconds — Barangkek lah waang Lai
Original Sin — Sabana-bana doso…
Mummy Returns — Lah Baliak si One tadi..?
Crash — Balago kambiang
Copycat — Kopi Kuciang
Seabiscuit — Makan Biskuit di Lauik
Freddy vs Jason — Bacakak
Just in Heaven — Lah di Surgo
Air Bud — aia si Budi
How To Lose A Guy in 10 Days — Baa caronyo manyipak urang..
Lord Of The Ring — Juragan batu cincin
Deep Impact — Taraso dalamnyo
Million Dollar Baby — Anak Rangkayo
Blackhawk Down — Buruang itam si Don
Saving Private Ryan — Mahagia les ka si Ryan
Dumb and Dumber — Pakak jo sabana Pandia..

klo cerita yang satu ini lumayanlah daripada lu manyun..

Gelar Dari Minang

Usman Chaniago, supir camat di Payakumbuh, minta berhenti karena ingin merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib.

Mula-mula dia bekerja sebagai tukang kantau di Tanah Abang, setelah dapat mengumpulkan sedikit modal dimulai pula menggelar dagangannya di pinggir jalan di Tanah Abang.

Nasib rupanya memihak kepadanya, beberapa tahun kemudian dia berhasil memiliki kios kain di dalam pasar. Dia pun berkeluarga dan memiliki 2 anak. Bahkan tahun ini dia membangun rumah di Depok, di lingkungan perumahan dosen UI.

Karena tetangganya semua akademisi, macam-macam gelarnya, ada Prof., ada Phd. dll. Usman merasa malu kalau papan namanya tidak tercantum gelar seperti tetangganya.

Dibuatlah papan nama dari perak, dipesan dari Koto Gadang, dengan nama DR.Usman Chaniago MSc.

Ketika ayahnya datang berkunjung, sambil bangga dia bertanya di mana anaknya kuliah, sebab setahu dia, Usman hanya berdagang.

Dengan malu-malu Usman menerangkan gelarnya di papan nama, “Nama itu artinyo ‘Disiko Rumahnyo Usman Chaniago Mantan Supir Camat’.”\



Joke Ala Batak


Seorang lelaki Batak sedang mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Hawaii dengan menumpang pesawat terbang ...

Beberapa lelaki lain duduk sejajar dengannya, yaitu lelaki Jawa asli, Arab dan Amerika.

Pada jam makan siang, Pramugari menghidangkan makanan pada semua penumpang. Setelah selesai makan lelaki Batak ini memperhatikan lelaki lain yang duduk sejajar dengannya.

Pertama sekali dia lihat si orang Amerika mengeluarkan selembar uang 100 dollar Amerika, membersihkan mulut dan tangannya dengan uang itu... kemudian dibuang...
Si orang Batak terkejut... "Bahh... kok kau buang uang 100 dollar mu itu???"

Dengan tenangnya si Amerika menjawab (setelah diterjemahkan..) "Ah, tenang saja Amerika kan kaya, masih banyak dollar!!"

Seterusnya dia lihat si orang Arab, selesai makan mengeluarkan sebotol minyak wangi yang (pasti) mahal... menyemprotkannya ke tangan dan dada...dan dibuang...
Si orang Batak terkejut lagi...

"Bahh... kok kau buang minyak wangi mu itu? Kan masih banyak isinya??"
Dengan tenang si Arab menjawab (juga setelah diterjemahkan..)

"Ah, tenang saja, kan Arab kaya, masih banyak minyak di sana!"...

Busyet, si orang Batak terkejut setengah mati. Akhirnya dia ambil lelaki Jawa disebelahnya dia lempar keluar pesawat. Kali ini lelaki Amerika dan
Arab yang terkejut...
"Kenapa kamu lempar dia??"

Dengan tenang si orang Batak menjawab,
"Ah, tenang sazza lah, Indonesia kaya, masih banyak orang Zawa di sana..."


Cowo Batak Dengan Gadis Solo

Seorang supir truk berpelat nomor BB berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.

“Kasih dulu cendolnya, Embak..”

“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.

“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.

“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.

“Hah, nggak pakek gelas pun tak ‘papalah…”

“Dasar wong edan,” gerutu si pedagang sambil kebingungan.

“Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!”